Berita

Cerita di Balik Anggota Gangster Semarang: Keluarga Broken Home Menjadi Penyebab?

Cropped Favicon Bi 1.png
×

Cerita di Balik Anggota Gangster Semarang: Keluarga Broken Home Menjadi Penyebab?

Share this article
Penuturan Mengejutkan: Anggota Gangster Semarang Ternyata Dari Keluarga Bermasalah

SEMARANG – Warga Kota Semarang beberapa waktu lalu dihebohkan dengan adanya kelompok gangster yang mengganggu keamanan warga.

Bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

Beberapa kelompok gangster yang tertangkap dalam operasi yang dilakukan kepolisian merupakan remaja-remaja tanggung yang masih dibawah umur.

Dalam usianya, mereka ada dalam usia puber yang sedang mencari jati diri.

Seharusnya keluarga hadir untuk mendampingi mereka dan memberikan bimbingan saat mereka melalui proses tersebut.

Namun proses tersebut tidak bisa instan, karena pendidikan anak merupakan proses panjang yang harus dimulai sejak dini.

Kurangnya pendidikan dan perhatian orangtua di masa anak-anak hingga remaja akan menyebabkan anak akan mencari perhatian dari lingkungan pergaulannya.

Ketika lingkungan pergaulan yang ia dapatkan adalah lingkungan yang buruk, maka mereka juga akan dengan cepat mengikutinya.

Anak-anak yang terjebak dalam lingkaran gangster akan sulit bagi mereka untuk keluar.

Anak anak yang masuk dalam kelompok gangster dan lebih dikenal dengan istilah kreak-kreak, biasanya anak-anak yang berasal dari keluarga dengan banyak masalah.

Permasalahan keluarga tidak saja masalah ekonomi, namun juga usia orangtua yang belum matang saat menikah, maupun ketidaksiapan orangtua untuk menjadi orangtua.

Masalah ekonomi menjadi masalah utama, kala orangtua tidak bisa memberikan kebutuhan yang mereka inginkan seperti layaknya teman-temannya.

Selain itu kesiapan kedua orangtua saat memutuskan untuk berumahtangga juga memberikan andil besar bagi kondisi psikologi anak.

Rumahtangga yang diawali dari married by accident hanya menghasilkan orangtua yang tak siap memiliki anak.

Rumah tangga yang terbentuk karena keterpaksaan seperti itu, hanya akan menciptakan orangtua yang tidak siap menjadi “orangtua”.

Anak yang lahir dari pasangan orangtua yang sudah bermasalah sejak awal seringkali akan berkembang menjadi pribadi yang kurang kasih sayang dan rendahnya pengenalan norma-norma kebaikan.

Saat memasuki masa puber, anak-anak ini akan mencari pelampiasan lewat pergaulan dengan teman-teman sebayanya.

Masih beruntung jika mereka memiliki pergaulan yang baik, namun jika masuk dalam lingkungan pergaulannya yang salah, justru akan semakin menambah masalah.

Hal ini dibenarkan Aan, guru yang pernah mengajar dua orang anggota gangster yaitu F dan H, yang ditangkap kepolisian Kota Semarang beberapa waktu lalu.

Ia mengajar keduanya sekitar enam tahun yang lalu, ketika keduanya masih duduk di bangku sekolah dasar.

“Dulu mereka belum menunjukkan perilaku kriminal. Anaknya baik dan masih punya sopan santun terhadap guru.

Namun setahu saya orangtuanya bercerai dan mereka dititipkan neneknya.”

Aan juga menambahkan, akibat kurangnya perhatian dari orangtua, mereka menjadi anak yang malas belajar dan sering membolos.

Pola asuh orangtua memang menjadi kunci utama dalam keberhasilan proses pendidikan seorang anak.

Apabila seorang pria dan wanita memutuskan untuk berumahtangga dan memiliki anak, maka mereka juga harus siap untuk memberikan kasih sayang dan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya.

Sumber : www.melintas.id

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo, pikadadamai, pilkadajatengdamai, pilgubjatengdamai