Berita

Dewan Tegaskan Semarang Dalam Kondisi Darurat Moral Remaja karena Fenomena Gangster

Cropped Favicon Bi 1.png
×

Dewan Tegaskan Semarang Dalam Kondisi Darurat Moral Remaja karena Fenomena Gangster

Share this article
Semarang Dalam Bahaya: Dewan Soroti Peningkatan Gangster Dan Moral Remaja

SEMARANG – Kasus pengeroyokan hingga pembacokan yang dilakukan gerombolan remaja atau gangster di Kota Semarang sudah sangat meresahkan.

Bahkan kasus pembacokan oleh gangster yang baru saja terjadi di Jalan Kelud menewaskan seorang mahasiswa UDINUS.

Sebelumnya juga telah terjadi pengeroyokan oleh gangster dibeberapa wilayah seperti di Jalan Layur dan Jalan dr. Cipto.

Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD Kota Semarang, Dini Inayati menyebut saat ini Semarang sudah darurat moral.

“Semarang itu menurut saya sudah darurat moral remaja tidak hanya darurat gangster. Ini yang harus diberantas,” kata Dini di Kantor DPRD Kota Semarang, Kamis (19/9/2024).

Menurutnya, permasalahan ini sudah sangat krusial, artinya sangat penting dan mendesak untuk segera ditangani dan melakukan upaya pencegahan agar kedepan tidak terjadi lagi.

Baca Juga Kesbangpol Perangi Narkoba Lewat Tim Oke Gas
Dini menyebut untuk membentuk moral remaja, ada tiga hal yang harus diperhatikan yakni dari pihak keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal.

Masalah krisis moral remaja ini harus ditangani dengan menggandeng semua stakeholder mulai dari keluarga, kepolisian hingga lingkungan seperti Kelurahan hingga RT, RW.

“Ini persoalan pembangunan sumber daya manusia. Anak-anak gangster itu rata-rata usia remaja dan masih sekolah. Kalau bicara tentang anak usia remaja ini tidak bisa hanya diserahkan pihak kepolisian saja, seluruh stakeholder atau elemen secara bersama-sama melakukan pembenahan karakter anak-anak remaja dan mencegah supaya tidak ada gangster baru,” paparnya.

Dini menjelaskan dari pihak keluarga harus tegas memberlakukan jam malam untuk anak-anak, sehingga bisa mengontrol anak-anak terutama remaja agar tidak keluar rumah dimalam hari.

“Rumah ini basis yang paling penting untuk mengontrol anak-anak. Penanaman moral juga dari keluarga,” tuturnya.

Pendidikan karakter juga harus dilakukan di lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal yang melibatkan kelurahan hingga tingkat RT, RW.

Baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar harus menyediakan fasilitas yang memadai agar pendidikan karakter bisa didapat oleh anak-anak remaja.

“Polisi juga harus ketat melakukan operasi setiap malam dengan memberikan efek jera yang tegas agar mereka takut dan tidak mengulangi lagi,” jelasnya.

“Pendidikan lingkungan harus diperhatikan jadi tidak hanya diserahkan ke keluarga atau sekolah tapi lingkungan seperti kelurahan, ormas, RT, RW jadi tidak hanya berpikir membangun jalan bagus saja tapi bagaimana program di kelurahan memberikan fasilitas kegiatan atau pengarahan untuk anak-anak remaja ini agar mereka punya kesibukan positif,” lanjut Dini.

Dini berharap dari pemerintah kota (Pemkot) diharapkan ada upaya afirmatif seperti memberlakukan jam malam yang bekerjasama dengan kepolisian dan seluruh struktur masyarakat hingga ke tingkat RT.

“Upaya afirmatif tersebut juga harus ada reward dan punishment. Perlu ada pembentukan karakter pemimpin yang bertanggungjawab bukan sok berkuasa dan bagaimana menanamkan tanggungjawab kepada anak-anak. Kalau yang punya tanggungjwab tidak akan melakukan hal negatif tapi kalau anak gangster ini tidak punya tanggungjawab,” pungkasnya.

sumber: inilahjateng.com

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo