Berita

FKUB Jateng Nilai Pemkot Semarang Berhasil Jaga Toleransi Antarumat Beragama

Cropped Favicon Bi 1.png
×

FKUB Jateng Nilai Pemkot Semarang Berhasil Jaga Toleransi Antarumat Beragama

Share this article
2924db21 3256 42dd B738 2f4ba5ac4e7d

SEMARANG – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah (Jateng) mengakui Kota Semarang terus menunjukkan sebagai daerah dengan pemajuan toleransi.

Ketua FKUB Jateng, Taslim Sahlan mengatakan, berbagai peristiwa intoleran di Kota Semarang makin berkurang. Bahkan upaya merawat toleransi antarumat beragama hingga antaretnis terus mencuat.

Taslim menilai, kepemimpinan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang disapa Mbak Ita dapat menjaga serta merawat dengan baik sehingga dianugerahi penghargaan oleh Setara Institute.

“Khususnya Kota Semarang kami dorong beberapa kali, bukan kami melakukan show off force tetapi terus berlatih menguatkan toleransi antarumat beragama,” kata Taslim, Sabtu (3/2/2024).

Dia menyebut, Indeks Kota Toleran (IKT) yang diraih Ibu Kota Jateng tersebut berjalan sesuai niat dan tujuan awal menjaga toleransi. Pemerintah Kota (Pemkot) juga telah menunjukkan kerja baik dalam mengawal toleransi.

“Salah satu indikator moderasi beragama adalah penguatan toleransi, di samping komitmen kebangsaan, dan akomodatif terhadap local wisdom,” ujarnya.

Kota Semarang mendapatkan peringkat kelima pada 2023, setelah sebelumnya berada di urutan ketujuh. Pencapaian tersebut, dinilai signifikan pasalnya pada 2021 belum sepuluh besar, tepatnya di angka 12 dari 91 kota di Indonesia.

Dia menggambarkan suasana setiap Hari Raya Idulfitri. Contohnya, di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Kota Semarang, para umat beragama datang memberikan ucapan selamat hari raya.

Begitu pula saat Perayaan Waisak, para pemuka agama muslim, pendeta, romo, biksu hingga penghayat kepercayaan melakukan hal yang sama. “Kami masuk ke Vihara untuk mengucapkan selamat merayakan Waisak,” kata Taslim.

Saling berkunjung inilah, menurutnya yang harus didorong. Namun, dia menyatakan Mbak Ita telah menunjukkan upaya untuk mengarah Kota Semarang terbebas dari intoleran. “Kami sebagai pegiat toleransi berharap bisa zero intoleran,” katanya.

Dia mengambil peristiwa lain ihwal intoleran yang pernah terjadi di Kota Semarang. Misalnya pendirian Gereja Baptis Indonesia (GBI) di Jalan Malangsari, Tlogosari, Pedurungan bisa dibangun setelah 20 tahun lebih adanya penolakan.

“Kami, kawan-kawan lintas iman dan agama juga mendampingi gereja itu dibangun dengan baik sampai sekarang bisa digunakan. Perhatian Pemkot Semarang sampai sekarang juga terus ada,” ujarnya.

Kemudian pula, ketika umat Syiah menyelenggarakan Asyura mendapat gangguan dalam perayaannya. Pihaknya bersama pemerintah juga melakukan pendampingan. “Bahkan kawan-kawan lintas agama datang merayakan. Saya kira Setara Institute memotretnya seperti itu,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Kota Semarang kembali melanjutkan tren positif dalam pemajuan toleransi. Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) tersebut menempati peringkat kelima Indeks Kota Toleran (IKT) 2023 dengan skor 6,230 yang digelar Setara Institute.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan dibanding 2022 silam dengan skor 5,783 yang menempati posisi ketujuh. Pencapaian Kota Semarang terbilang progresif, sebab pada 2021 masih di angka 12 dari 91 kota di seluruh Indonesia.

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono, #KerenTanpaKnalpotBrong, #JatengBebasKnalpotBrong, #StopKnalpotBrong