BANYUWANGI – Masyarakat nelayan di pesisir Pantai Muncar menggelar tradisi petik laut, Selasa (23/7). Dalam ritual yang digelar setiap tahun itu, mereka melarung sesaji ke tengah laut sebagai wujud rasa syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah.
Sebelum dilarung ke tengah laut, gitik sesaji di arak keliling kampung menggunakan mobil pikap dengan diantar oleh puluhan ibu-ibu yang mengenakan pakaian serba hitam. Untuk memeriahkan acara, dalam iring-iringan itu juga ada musik khas tong-tong Madura.
“Ayo minggir semua,” teriak salah satu pengiring gitik sesaji saat akan membawa ke Gedung Pelabuhan Perikanan Minapolitan, tempat prosesi petik laut digelar.
Meski tanpa dihadiri oleh forum pimpinan kepala daerah (Forpimda) Banyuwangi karena bersamaan dengan pelaksanaan Etape 2 Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) dengan start di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Desa Kalipait, Kecamatan Tegaldlimo, prosesi petik laut tetap berlangsung meriah. “Petik laut di Muncar ini rutin digelar setiap tahun,” kata ketua panitia Petik Laut Muncar, H Ridhianto.
Pelepasan gitik sesaji untuk dilarung ke tengah laut itu, dilakukan oleh ketua panitia petik laut Muncar, H Ridhianto yang ditandai dengan pengguntingan pita.
Selanjutnya, gitik sesaji dipanggul oleh para nelayan menuju kapal slerek yang telah disiapkan di tepi pelabuhan. “Gitik sesaji yang dibawa kapal slerek itu dilarung di tengah laut,” terangnya.
Ratusan kapal slerek, kapal garden, dan perahu yang sudah dihias beraneka ragam warna dan aksesoris, ikut meluncur mengawal kapal slerek yang membawa gitik sesaji. Sesakali, deretan kapal dan perahu itu tampak adu cepat hingga membuat pemandangan yang menarik. Setiba di titik yang ditentukan, prosesi larung sesaji dimulai.
“Tolong kapal-kapal minggir dulu,” cetus salah satu panitia mengingatkan para nakhoda kapal yang mengiringi gitik sesaji untuk tidak mendekati kapal slerek pembawa gitik sesaji.
Salah satu tokoh nelayan yang naik kapal slerek pembawa gitik sesaji, selanjutnya memberi aba-aba untuk menurunkan gitik sesaji ke tengah laut. Bersamaan dengan itu, puluhan nelayan lompat ke laut untuk berebut sesaji yang dihanyutkan.
Sesekali, mereka juga menyiramkan air laut yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu. “Ada kepercayaan bagi sebagian nelayan, kalau petik laut ini cara ngalap barokah. Harapannya agar kapal slerek diberikan keselamatan dan keberkahan selama mengais rezeki,” cetus H Ridhianto.
ADAT TRADISI: Gitik sesaji dipanggul menuju kapal slerek untuk dilarung ke tengah laut dalam ritual petik laut di Pelabuhan Perikanan Minapolitan Muncar Selasa (23/7) (Dedi)
Menurut Ridhianto, petik laut ini warisan leluhur sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang melimpah, juga berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar para nelayan diberikan keselamatan dan kemudahan rezeki. “Alhamdulillah, dengan gotong royong, kolaborasi semua nelayan, petik laut Muncar bisa terselenggara dengan lancar dan sukses,” cetusnya.
Kepala UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Salim menambahkan, upacara adat petik laut harus terus dilestarikan dengan harapan dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara. “Nelayan sudah banyak mendapat berkah dari laut, petik laut salah satu cara nelayan dalam menyukuri nikmat tersebut,” cetusnya.
Salim mengingatkan, nelayan juga wajib menjaga ekosistem sumberdaya laut agar tetap lestari, salah satunya dengan menjaga ekosistem laut, tidak mengebom ikan, tidak merusak terumbu karang, dan tidak membuang sampah ke laut.
“Mari juga kita jaga iklim investasi di Muncar, agar hasil tangkapan nelayan juga dapat tersalurkan dengan baik dalam membantu perekonomian nasional,” pungkasnya.
Sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com
Polresta Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Nanang Haryono, Banyuwangi, Jawa Timur, Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Resta Banyuwangi, Kepolisian Resor Kota Banyuwangi, Polisi Resor Kota Banyuwangi, Polisi Banyuwangi, Kota Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Nanang Haryono