Kudus — Mengenali apa yang disebut intoleran, radikal dan terorisme serta paham yang bertentangan dengan ideologi adalah salah satu cara untuk menangkalnya, karena tidak akan dapat menangkal kalau tidak mengetahui apa yang harus ditangkal,demikian pernyataan IPTU Subkhan, S.H., M.H – Kanit Keamanan Satuan Intelkam Polres Kudus mengawali materinya pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru / PKKBMB Dan Masa Taáruf (MASTA) Bagi Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun Akademik 2021 / 2022 yang diikuti 250 mahasiswa secara langsung di Gedung Auditorium UMKU dan 250 mahasiswa lainnya via daring.
Lebih lanjut IPTU Subkhan menyampaikan “Didalam masyarakat terdapat golongan terpilih yaitu pemuda, didalam pemuda terdapat golongan terpilihnya lagi yaitu mahasiswa. Pemuda adalah generasi penerus (QS At-Thur : 12), pemuda adalah generasi pengganti (QS. Al-Maidah : 54) dan pemuda adalah generasi pembaharu (QS. Mariyam : 42). Dalam catatan sejarah tidak ada perubahan suatu negara tanpa adanya peran pemuda, karena karakter pemuda itu tidak hanya sebagai agent of change / agen perubahan tapi juga direck of change / agen pelaksana.
“Berdasarkan data riset resmi BPS diketahui bahwa dari sekitar 260-an juta penduduk Indonesia, 63 juta diantaranya adalah usia millennial, dimana 70,4% diantaranya mengakses media digital dan 94,4% terkoneksi internet, 98,2% menggunakan smart phone serta 70,9% satu menit setelah bangun tidur membuka hand phone. Fakta terserbut dimanfaatkan betul oleh kelompok radikal untuk menyebarkan paham-pahamnya melalui media digital, terlebih efektivitasnya yang berdasarkan riset juga dapat diketahui bahwa yang disebarkan via media digital 70% lebih efektiv dari pada melalui tatap muka yang hanya 11% keefektivannya.”
“Saeful Mujani Researc pada tahun 2017 menemukan angka 9,2% setuju Pancasila diganti dan pada 2019 IDN Research menemukan 19,5% untuk hal yang sama. Kenaikan angka itu terjadi karena dunia digital dikuasai kelompok radikal dan sebagian besar dari kita diam. Bila angka itu dikonversi dengan penduduk Indonesia yang jumlahnya 260 jutaan maka jumlah mereka hanya sekitar 20 jutaan, bila penduduk Indonesia 260 juta dikurangi mereka 20 juta, lalu kemana suara 240 juta pendukung NKRI dengan pancasilanya di dunia digital ?. Inilah yang disebut Silent Majority is Minority, yang besar menjadi kecil karena tidak bersuara,” terangnya.
“Kepada seluruh mahasiswa, bertebaranlah kalian semua di muka bumi dan carilah karunia Tuhan, karena ini perintah-Nya dalam QS. Al-Jumuan:10. Implementasinya adalah kuasai semua dunia baik dunia nyata maupun dunia maya demi kebaikan untuk mencari ridho Tuhan, Karena NKRI dengan Pancasilanya adalah wujud dari Islam yang rakhmatan lilalamin dan bukan sekedar Islam rakhmatan lilmuslimin,”pungkasnya.