Jakarta – Pengajaran pendidikan karakter harus dipaksakan untuk menjaga jati diri bangsa Indonesia, mengingat nilai-nilai luhur seperti sopan-santun, toleran, dan saling menghormati sudah semakin menipis di tengah masyarakat, terutama generasi muda.
Menipisnya nilai-nilai luhur bangsa itu membuat anak-anak bangsa sangat rentan terhadap serangan ideologi dan paham asing, kata Staf Ahli Menkopolhukam Sri Yunanto di Jakarta, Rabu (6/3).
Oleh karena itu, menurut Yunanto, pengajaran pendidikan karakter, baik melalui cara konvensional maupun literasi digital, harus dipaksakan kepada generasi muda. “Harus dipaksakan dan semua harus mengikuti, karena ini jati diri bangsa. Apakah melalui kurikulum pendidikan atau melalui dunia digital,” katanya.
Sri Yunanto mengatakan bahwa fenomena media sosial sudah sangat luar biasa. Kalau bangsa ini lemah akan sangat berbahaya, dan ini menjadi tanggung jawab semua, baik pemerintah, masyarakat, lingkungan, maupun keluarga.
Langkah pertama untuk menguatkan kembali karakter bangsa, menurutnya, adalah dengan memberikan pemahaman kembali mengenai Empat Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu bisa diberikan melalui kurikulum pendidikan dan kampanye di media sosial.
Dengan pemahaman kembali Empat Pilar Kebangsaan secara utuh, Sri Yunanto optimistis generasi muda akan memiliki imunitas dan pembanding yang baik terutama saat mendapatkan pengetahuan baru dari dunia digital tentang ide kebebasan maupun paham transnasional.
Selain Empat Pilar Kebangsaan, ideologi agama juga harus disebarkan karena agama-agama di Indonesia mempunyai misi yang sama, yaitu mengajarkan kebaikan, toleransi, perdamaian, dan moderasi. Dengan memahami ideologi agama, generasi muda akan memilik saringan dalam menghadapi serangan ideologi asing.
Sumber : Elshinta
Editor : Bhuwananda login by Polda Jateng