JEPARA – Festival Jembul Tulakan kembali digelar meriah kemarin Senin pagi (20/5).
Ada ratusan jembul yang digabungkan jadi delapan gunungan diarak keliling Desa Tulakan, Donorojo.
Dalam kirab jembul itu, beberapa kali sempat terjadi aksi ricuh dan saling dorong.
Namun itu tak berlangsung lama.
Setelah dilerai, masing-masing warga yang terlibat ricuh kembali kondusif.
Ratusan jembul yang dikirab itu pun jadi bahan rebutan masyarakat.
Sejak belum mulai, ratusan orang telah memadati jalanan utama Desa Tulakan. Bahkan ada yang rela menonton dari atas balkon rumah-rumah warga atau sekolah.
Prosesinya berlangsung di depan rumah Petinggi atau Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno.
Tradisi Jembul Tulakan tak lepas dari kehidupan Ratu Kalinyamat.
Setelah Sultan Hadirin, terbunuh oleh Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat membuat sumpah dengan bertapa wuda.
Dalam hal ini, tapa wuda atau telanjang tidak dimaknai telanjang dalam arti sebenarnya.
Melainkan, Sang Ratu menjauhi sifat keduniawian dan kemewahan di Istana.
”Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun, yen during bisa nganggo kesed jambule Arya Penangsang (Tidak sekali-kali saya turun dari pertamaan, jika belum bisa membersihkan kaki dengan jambul atau rambut Arya Penangsang),” ucap Budi menirukan sumpah Ratu Kalinyamat.
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono, Kombes Pol Nanang Haryono, AKBP Suryadi, Kompol Joko Lelono