BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang berpotensi dilewati Gempa Megathrust. Diprediksi gempa megathrust akan mengguncang Indonesia setelah melanda Jepang pada 8 Agustus 2024.
Di Jawa Timur, setidaknya ada 8 daerah di pesisir selatan yang berpotensi terdampak gempa megathrust. Salah satunya Banyuwangi. Saat megathrust terjadi, dapat memicu gempa dengan tingkat destruktif yang cukup tinggi hingga bisa menyebabkan tsunami.
Kesiapsiagaan pun dilakukan sejak dini. Pemkab Banyuwangi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar Apel Siaga Antisipasi Megathrust, sebagai langkah preventif menghadapi potensi bencana tsunami.
Apel siaga ini diselenggarakan di Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Selasa (27/8/2024), wilayah yang pernah dilanda bencana tsunami pada tahun 1994. Melibatkan berbagai elemen, termasuk Forpimka, relawan, dan perwakilan dari semua desa di Banyuwangi.
“Apel ini merupakan bagian dari instruksi BNPB untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana,” kata Kalaksa BPBD Banyuwangi, Danang Hartanto.
Simulasi evakuasi di Pancer ini dimulai dengan skenario terjadinya gempa besar di laut selatan. Sirine tanda bahaya berbunyi sebagai pertanda bahwa akan terjadi tsunami. Warga yang sudah dibekali pengetahuan tentang prosedur evakuasi langsung bergerak menuju titik aman, yaitu dataran tinggi yang telah dipetakan sebagai lokasi evakuasi sementara.
Dalam simulasi ini, BPBD Banyuwangi juga memperkenalkan langkah-langkah darurat yang harus dilakukan, seperti cara membawa barang-barang penting, serta pengaturan jalur evakuasi agar tidak terjadi kepanikan atau penumpukan orang di satu tempat. Warga dilatih untuk tetap tenang namun sigap dalam menghadapi situasi darurat.
“Masyarakat di wilayah pesisir seperti Pancer harus selalu siap dan waspada. Kami sudah melakukan berbagai pelatihan dan simulasi, tapi yang lebih penting adalah kesadaran bahwa bencana bisa datang kapan saja. Dengan persiapan yang baik, kita bisa meminimalisir dampaknya,” ujar Danang.
Selain apel siaga, BPBD Banyuwangi juga telah memasang Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) di 8 titik di sepanjang pesisir selatan Jawa Timur. Pemasangan ini dilakukan untuk memberikan peringatan dini jika terjadi gempa yang berpotensi tsunami.
Khusus untuk Banyuwangi, BMKG telah memetakan sepuluh daerah krusial yang harus dipasang alarm peringatan tsunami. Daerah-daerah ini tersebar dari Banyuwangi utara hingga selatan. “Ada sepuluh lokasi di Banyuwangi yang telah dipasang alarm peringatan,” kata Danang.
Alarm peringatan tsunami tersebut dipasang di berbagai lokasi, termasuk Kampung Mandar, Blimbingsari, dan Pantai Satelit Muncar. Selain itu, ada juga di Kantor Pelabuhan Muncar, Grajagan, Lampon, dan Pancer, serta Rajegwesi.
BPBD Banyuwangi juga melakukan uji coba EWS setiap bulannya. Langkah ini dilakukan untuk memastikan sistem peringatan dini tersebut berfungsi dengan baik jika terjadi keadaan darurat. “Kami uji coba EWS setiap tanggal 26 untuk memastikan kesiapan sistem,” ungkap Danang.
Selain itu, BPBD Banyuwangi juga merencanakan pembangunan shelter atau tempat evakuasi di beberapa titik di Banyuwangi. Salah satu lokasi yang diajukan adalah Gumuk Soinem, Pancer, yang dianggap strategis untuk dijadikan tempat evakuasi.
Polresta Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Nanang Haryono, Banyuwangi, Jawa Timur, Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Resta Banyuwangi, Kepolisian Resor Kota Banyuwangi, Polisi Resor Kota Banyuwangi, Polisi Banyuwangi, Kota Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Nanang Haryono