Semarang – Nasib pilu menimpa seorang buruh cuci di Semarang, Sri Suratini (46). Rumahnya roboh dan tak bisa dihuni usai tanah rumahnya tergerus arus sungai saat banjir menerjang Semarang.
Rumahnya berada di Jalan Kimar, Kelurahan Pandean Lamper, Semarang. Sebenarnya, rumahnya berada di bantaran sungai yang merupakan lahan pemerintah.
“Ya sudah tahu (kalau menempati lahan pemerintah) makanya kan aku berharap bantuannya itu dicarikan rusun (rumah susun), itu kan juga punya pemerintah tapi kan aman, setiap bulan bayar ya sudah nggak apa-apa,” ujar Sri Suratini saat ditemui di rumahnya, Semarang, Senin (18/3/2024).
Sri menyebut rumahnya roboh secara perlahan pada Kamis (14/3) dini hari. Saat itu, hujan deras seharian melanda Kota Semarang hingga sebagian wilayah dilanda banjir.
Dia menyebut saat itu arus sungai di belakang rumahnya atau Banjir Kanal Timur (BKT) juga cukup deras. Dia mengaku tak tidur karena takut banjir menggenang di wilayahnya.
“Sedikit demi sedikit ada suara cetak dilihat itu retak, retak lagi cetak lagi kok lama-lama cepat retaknya terus jam 03.00 WIB mulai ambil keluarin-keluarin barang yang bisa dijangkau lah. Terus jam 05.00 WIB itu sudah nggak berani, tanah diinjek sudah herak kan nggak berani atas jatuh kan risiko juga,” jelasnya.
Rumahnya pun roboh sekitar pukul 17.00 WIB. Rumah itu kini hanya menyisakan dinding depan dan samping. Selain rumah Sri, bangunan posyandu di samping rumahnya juga roboh.
Padahal, rumah sekitar 5×6 meter itu dihuni oleh lima orang dengan dua anak kecil berusia 2 tahun, dan 10 tahun. Mereka berlima kini harus tinggal di sebuah bangunan di depan rumahnya yang roboh.
Rumah itu hanya berukuran sekitar 2,5×4 meter. Barang-barang milik Sri pun masih berserakan di depan rumah tersebut.
“Lemari ada dua roboh, sampai nggak bisa ganti pakaian, paginya baru bisa mengais-ngais. Dua hari nggak ganti, nggak mandi, untung kemarin ada panas jadi nyuci, jemur, baru bisa ganti,” ujarnya.
Dia mengaku sudah 15 tahun hidup di rumah tersebut. Sri bisa tinggal di sana karena membangun bersama mantan suaminya.
Sebenarnya, pemerintah juga pernah memberi peringatan agar dia pindah dari tempat itu. Namun, sebagai janda yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci dia merasa kesulitan. Saat ini, dia berharap bisa pindah ke rumah susun atau tempat yang lebih layak.
“Ya nggak ada biaya, kalau ngontrak juga satu petak kecil kan juga mahal, kalau rusun kan harapannya bisa lebih enteng. Kalau ngekos (atau) ngontrak saya nggak mampu ya,” ujarnya.
Polrestabes Semarang, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, Kota Semarang, Pemkot Semarang, Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng