SRAGEN—Sebanyak tujuh orang warga eks narapidana terorisme (napiter) di Sragen mengikuti upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan RI di Stadion Taruna Kroyo, Sragen, Sabtu (17/8/2024). Masih ada tiga eks-napiter di Sragen yang belum mau kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mereka mendapatkan bingkisan dari pimpinan daerah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Sragen seusai upacara. Bantuan sembako itu diserahkan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Kapolres, Dandim, dan pimpinan daerah lainnya.
Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sragen, Ivo Kristanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu siang, menyebut total eks-napiter di Sragen itu sebenarnya ada 11 orang. Dia menyebut masih ada tiga orang di antaranya yang belum mau kembali ke NKRI. Sedangkan delapan orang lainnya, ujar dia, sudah mau mengakui NKRI dan mengikuti upacara HUT kemerdekaan RI setiap tahunnya.
“Pada HUT ke-79 Kemerdekaan tahun ini, hanya tujuh orang yang hadir karena yang satunya berada di Cilacap. Istrinya di Cilacap melahirkan. Ketujuh orang eks napiter yang ikut upacara bendera itu terdiri atas Hasan Partono, Paimin, Wiwin Muhlisin, Abdul Aziz, Novita, Imarudin Haq, dan Abdullah Jundi. Mereka juga mengucapkan selamat HUT ke-79 Kemerdekaan RI,” kata Ivo.
Dia menjelaskan untuk meyakinkan mereka kembali ke NKRI itu membutuhkan waktu yang cukup panjang lewat program deradikalisasi yang dilakukan tim gabungan TNI, Polri, dan Badan Kesbangpol Sragen. Ivo menerangkan deradikalisasi tersebut merupakan program dari pemerintah pusat yang dijabarkan di daerah.
“Salah satu pendekatan yang dilakukan dengan memberikan bantuan sosial, bantuan gerobak, bantuan pendidikan, serta pelatihan-pelatihan keterampilan untuk memberdayakan mereka. Sekarang mereka sudah mandiri karena memiliki usaha sendiri, seperti menjadi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan beternak,” jelas Ivo.
Ivo menjelaskan mereka juga membuat komunitas sendiri yakni silaturahmi eks napiter Sragen. Dia mengatakan ada juga yayasan eks-napiter di Soloraya. Dia menjelaskan pembinaan kepada mereka dilakukan sejak masih menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Sragen. Dia menerangkan pembinaan deradikalisasi itu dilakukan di luar LP, seperti yang dilakukan di daerah luar Sragen.
“Mereka ini keluar dari LP ada yang sejak 2014 tetapi juga ada yang baru keluar pada 2023 lalu. Delapan orang eks-napiter itu domisilinya ada di Sragen semua. Tadi saat upacara di Stadion Taruna Sragen, mereka mendapat bingkisan dan uang pembinaan yang diserahkan Forkompimda,” kata dia.
Ivo mengakui masih ada tiga orang eks napiter Sragen yang belum mau kembali ke NKRI. Dia menerangkan pendekatan terus dilakukan lewat keluarga besarnya dan kepada yang bersangkutan. Selama HUT Kemerdekaan RI, jelas dia, mereka tidak mau memasang bendera Merah Putih. Ketiga orang ini, ungkap dia, tinggal di wilayah Kecamatan Gondang, Kalijambe, dan Masaran.
“Sebenarnya delapan orang yang mau masuk NKRI dan ikut upacara bendera, tetapi yang hadir hanya tujuh orang karena satu orang lagi istrinya lahiran di Cilacap,” kata dia.
Ivo mengungkapkan pada momentum HUT ke-79 Kemerdekaan RI ini tim gabungan juga meminta dua pondok pesantren (ponpes) yang sebelumnya berafiliasi ke Jaringan Islamiyah (JI) untuk menggelar upcara bendera di lingkungan ponpes masing-masing. Dia mengatakan ketiga ponpes itu berada di wilayah Kecamatan Masaran dan Kalijambe.
Hasan Partono bersama eks napiter lainnya mengucapkan HUT ke-79 Kemerdekaan RI secara terbuka saat di halaman Pendapa Sumonegaran Sragen. Mereka juga mendoakan supaya Indonesia semakin maju.
sumber: solopos
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo