BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas memberikan apresiasi kepada salah satu pelaku UMKM kue kacang yang telah memberikan kesempatan peluang kerja bagi pasien orang dalam ganguan jiwa (ODGJ).
Pernyataan tersebut Ipuk ungkapkan saat mengunjungi rumah produksi kue kacang milik Jamilah dalam kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Lemahbang Kulon, Rogojampi.
“Salut untuk Ibu Jamilah mau menjadi orang tua asuh pasien ODGJ. Tentu ini butuh keberanian dan kesabaran tersendiri,” kata Ipuk, Jumat, (6/7/2024).
Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh Jamila ini patut untuk ditiru. Pasalnya ia mempunyai jiwa kepedulian dan sosial yang tinggi. “Semoga ini menjadi ladang ibadah dan membuat usaha Ibu Jamilah semakin berkah serta berkembang,” ungkap Ipuk sembari mencicipi kue kacang buatan Jamilah.
Bahkan, orang nomor satu di Bumi Blambangan ini kagum dengan rasa kue kacang buatan Jamilah. Karena meski buatan rumahan namun memiliki rasa yang sempurna. “Ini kue jadul yang sampai sekarang rasanya sangat enak, perpaduannya pas, gurih dan manis. Selain itu, harganya juga murah,” ujarnya.
Meski hanya produksi rumahan, usaha kue kacang punya Jamilah ini memiliki omset yang fantastis. Yakni sekitar Rp200 juta setiap bulannya.
Industri kue rumahan yang tiap hari memproduksi ribuan kue kacang itu, juga menjadi tempat untuk memberdayakan pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Dengan dibantu 35 pekerja yang didominasi ibu-ibu, Jamilah juga mempekerjakan satu orang pasien ODGJ. Dia menjadi orang tua asuh satu orang ODGJ yang merupakan pasien Puskesmas Gitik.
Perannya tersebut bagian dari program Teropong Jiwa, yakni program terapi kerja bagi ODGJ. Pasien yang sudah stabil setelah pengobatan, dilatih berbagai keterampilan dan berbagai aktivitas produktif.
“Sudah ikut saya tiga tahun. Alhamdulillah bisa mengerjakan mencetak kue. Tapi tidak saya haruskan ikut kerja terus seperti yang lainnya. Sesuai kemampuannya saja, yang penting bisa belajar mandiri,” kata Jamilah.
Pekerjaan pasien tersebut seperti menyangrai kacang, membuat adonan, mencetak kue, memanggang hingga mengemas kue ke dalam plastik.
Diceritakan Jamilah, usaha kue telah dirintis sejak 24 tahun lalu. Awal mulanya, produksi kue kacang miliknya sangat terbatas dan dipasarkan sendiri. Namun sekarang Jamilah memproduksi tidak kurang 12.000 bungkus kue setiap hari, dengan harga jual Rp1000 per bungkusnya.
Sebelumnya, selain kue kacang dia sempat membuat berbagai kue lainnya seperti kue mlinjo dan kue wijen. “Dari kue kue lainnya ternyata yang paling laris kue kacang, baru saya mulai fokus tahun 2000 membuat kue kacang,” ungkapnya.
Untuk pemasaran, awalnya Jamilah hanya menitipkan ke satu warung. Selanjutnya bertambah menjadi dua warung dan seterusnya sampai akhirnya sekarang ada 20 orang sales yang ikut membantu memasarkan kuenya.
“Kami juga melayani pesanan dari toko oleh oleh dan reseller yang menjualnya kembali dengan merk masing-masing. Kue ini juga sampai luar kota seperti Surabaya, Madura, Bali,” ujar Jamilah.
Kisah inspiratif Jamilah dan kue kacangnya diharapkan dapat menjadi contoh bagi UMKM lain di Banyuwangi untuk turut berkontribusi dalam pemberdayaan ODGJ. Dengan kerjasama dari semua pihak, diharapkan ODGJ di Banyuwangi dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
sumber: timesindonesia